Senin, 23 April 2018

Sosok Ibu Wati Penjual Koran



            Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,pakaian,tempat berlindung,pendidikan dan kesehatan.Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala.Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukar karena kurang pangan,tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi.Dari ukuran kehidupan modern pada masi kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan,pelayanan kesehatan,dan kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.
Pemerintah Indonesia yang berorientasi mengembangkan Indonesia menjadi negara maju dan mapan dari segi ekkonomi tertentu menganggap kemiskinan adalah masalah mutlak yang harus segera diselesaikan disamping masalah lain.
Salah satu contoh kemiskinan menimpa ibu Wati.Wanita tangguh,dua suku kata ini kiranya pantas melekat pada seorang ibu-ibu yang bernama ibu Wati. Dia adalah seorang penjual koran di Patung Kuda Ngesrep,Tembalang,Semarang.Ia berjualan koran seharian dibawah terik matahari demi menafkahi orang tuanya dan anaknya yang masih bersekolah.Ia merupakan tulang punggung keluarganya,suaminya sudah pergi meninggalkan beliau ketika sang anak dulu masiih kecil.
Semangat dari ibu Wati dalam mencari nafkah patut di contoh,pada awalnya ibu wati bekerja sebagai buruh pabrik,tapi upah yang sedikit dan tidak pasti membuat ibu Wati keluar dan mencari pekerjaan lain dan akhirnya beliau menjadi penjual koran.Beliau mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup orang tuanya dan kehidupan diri sendiri,seperti makan untuk sehari-hari dan membayar sewa kostan.Ibu Wati tinggal di sebuah kostan yang berlokasi di Banyumanik,Semarang sedangkan anak dan orang tuanya tinggal di Semarang bagian bawah.
Tetapi beliau lebih memilih berjualan koran dari pada menjadi pengemis dengan meminta-minta uang,dan beliau lebih memilih cara yang halal dalam menafkahi anak dan orangtuanya.Beliau tidak ingin memberikan nafkah kepada anak dan orangtuanya secara haram dan tidak benar.
Dalam kesehariannya ibu Wati berjualan koran di Lampu merah Patung Kuda Ngesrep,Tembalang mulai dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore.Walaupun dalam kekurangan beliau tetap menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk disumbangkan kepada orang yang membutuhkan,seperti panti asuhan dan lainnya.
Beliau sangat bersemangat mencari nafkah untuk keluarganya,beliau tidak ingin anaknya putus sekolah hanya karena tidak ada biaya untuk sekolah,beliau ingin anaknya menjadi orang sukses berguna bagi nusa dan bangsa.Beliau tidak menginginkan anaknyya menjadi orang susah,karena itulah beliau bekerja setiap hari tanpa pamrih sedikitpun.
Setiap satu kali dalam seminggu anaknya datang untuk mengunjungi ibu Wati di Kostan.Beliau tidak menginginkan anaknya bekerja juga untuk membantu mencari uang.Beliau hanya menyuruh anaknya agara berfokus saja pada sekolahnya.Saat ini anak ibu Wati bersekolah di salah satu SMA Semarang dan sudah kelas 10.
Kita dapat menilai sosok ibu Wati adalah seorang perempuan yang tanpa pamrih mencari nafkah untuk keluarganya .Walaupun mencari nafkah sendirian dan tanpa suami beliau tetap bersemangat.Ibu Wati juga memiliki hati yang mulia,tetap menyisihkan beberapa dari uang yan dia dapat untuk disumbangkan.Sosok ibu Wati dapat kita contoh,semangatnya,perjuangan tanpa pamrihnya dan kebaikannya.Walaupun dalam kondisi yang kurang mampu tetapi beliau tidak ingin bekerja sebagai pengemis atau tukang minta-minta dan ibbu Wati tetap menjalani kehidupannya yang keras dengan ikhlas dan tabah demi keluarganya yang sangat berharga.
Kita sebagai anak muda seharusnya juga mencontoh semangat dari ibu Wati,anak muda zaman sekarang sangat banyak yang suka mengeluh dengan kondisi yang dihadapinya.Seharusnya kita bersyukur sudah dikasih kemudahan dan hidup berkecukupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar