Kerusuhan adalah tindakan suatu kelompok orang minimal sebanyak 12
(dua belas) orang yang dalam melaksanakan suatu tujuan bersama,menimbulkan
suasana atau gangguan ketertiban umum dengan kegaduhan dan menggunakan
kekerasan serta pengrusakan harta benda orang lain.Kerusuhan biasanya sebagai
tindak balas terhadap perlakuang yang dianggap tidak adil ataupun sebagai upaya
penentanangan terhadap sesuatu.Alasan yang paling sering menjadi penyebab
kerusuhan adalah kondisi hidup yang buruk,penindasan pemerintah terhadap
rakyat,konflik agama atau etnis,dll.
Konfllik Kerusuhan yang terjadi pada manusia
bersumber pada berbagai macam sebab. Begitu beragamnya sumber konflik yang
terjadi antar manusia, sehingga sulit untuk dideskripsikan secara jelas dan
terperinci. Hal ini dikarenakan sesuatu yang seharusnya bisa menjadi sumber
konflik, tetapi pada kelompok manusia tertentu ternyata tidak menjadi sumber
konflik, demikian hal sebaliknya. Kadang sesuatu yang sifatnya sepele bisa
menjadi sumber konflik antara manusia. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan
ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan
tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan,
adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam
setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Kesimpulannya
sumber konflik itu sangat beragam dan kadang sifatnya tidak rasional. Oleh
karena kita tidak bisa menetapkan secara tegas bahwa yang menjadi sumber
konflik adalah sesuatu hal tertentu, apalagi hanya didasarkan pada hal-hal yang
sifatnya rasional.
Sebagai negara hukum dan demokrasi,di Indonesia demonstrasi
yang dilakukan oleh kelompok tertentu dibolehkan. Bahkan UUD 1945 memberikan
landasan hukum perihal kebebasan mengemukakan pendapat. Meski bebas dan
dilindungi oleh hukum, aksi demonstrasi harus dilakukan dengan baik, teratur,
dan tidak tidak melakukan perusakan fasilitas publik. Sayangnya dalam sejarah demokrasi di
Indonesia, demonstrasi kerap berakhir dengan kerusuhan yang cukup sengit.
Perusakan, penjarahan, pembakaran, hingga aksi anarki lain akhirnya bermunculan
dan membuat suasana jadi sangat keruh.Berikut beberapa kerusuhan terparah yang
pernah terjadi di Indonesia:
-
Kerusuhan
Mei 1998
Kerusuhan yang terjadi pada 13-15 Mei 1998 ini adalah buntut
dari penembakan empat mahasiswa Trisakti dalam demonstrasi sehari sebelum
kerusuhan. Massa yang tidak tahan dengan keadaan akhirnya melakukan aksi-aksi
anarki yang tidak bisa dikontrol lagi. Kota besar seperti Jakarta menjadi
kawasan yang rusak parah. Akibat kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa ini
stabilitas keamanan dan ekonomi Indonesia jadi ambruk. Selama tiga hari
berturut-turut, kerusuhan yang terjadi dengan sangat mengerikan ini membuat
Presiden Soehato akhirnya mengundurkan diri dan B.J. Habibie mulai membentuk
Kabinat Reformasi Pembangunan. Oh ya, dalam kerusuhan ini juga terjadi penculikan
dan tindak asusila kepada wanita Tionghoa yang kasusnya belum juga tuntas
hingga sekarang.
-
Kerusuhan Sampit
Tiga tahun setelah kerusuhan Mei 1998 terjadi dan menyebabkan
rezim Soeharto akhirnya runtuh, sebuah kerusuhan baru hadir. Di Kalimantan
Tengah terutama kota Sampit, kerusuhan antara dua kubu etnis berakhir dengan
mengerikan. Setidaknya ada ratusan warga yang akhirnya meninggal dunia akibat
dipenggal kepalanya melalui prosesi ngayau yang dianggap telah tidak ada.
Penyebab dari kerusuhan antara etnis Madura dan Dayak ini masih simpang siur.
Beberapa orang memberikan klaim yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan kalau
etnis Madura melakukan serangan terlebih dahulu. Keadaan ini menyebabkan
konflik meluas hingga 100.000 warga Madura harus kehilangan tempat tinggalnya.
Klaim selanjutnya mengatakan kalau etnis Dayak terlebih dahulu melakukan
serangan karena merasa diperlakukan tidak adil. Sejak etnis Madura datang dalam
program transmigrasi, konflik kecil mulai terjadi hingga akhirnya membesar.
-
Kerusuhan Poso
Kerusuhan Poso adalah rangkaian
kerusuhan yang terjadi selama 3 gelombang. Kerusuhan pertama terjadi pada 1998
hingga berlanjut di tahun 2000 sebanyak dua kali. Kerusuhan ini membuat
stabilitas di Poso dan koat sekitarnya jadi anjlok. Semua warga jadi was-was
akan adanya kemungkinan kerusuhan susulan dengan massa yang jauh lebih
banyak.Kerusuhan yang terjadi di Poso dipicu oleh masalah Agama. Dua agama
besar di Poso, Islam dan Kristen saling adu kekuatan dan merasa benar. Mereka
tidak segan membawa banyak senjata tajam dan mengerahkan banyak massa yang
berasal dari luar Poso sehingga kerusuhan semakin tidak terkontrol. Kerusuhan
di Poso akhirnya berakhir pada tahun 2001 melalui Keputusan Malino yang
ditandatangani oleh dua pihak berkonflik. Penyelesaian konflik diinisiasi oleh
SBY dan JK meski akar dari permasalahan masih simpang siur.
-
Kerusuhan Tanjung Priok
Kerusuhan parah selanjutnya terjadi di kawasan Tanjung Priok
pada tahun 1984. Kerusuhan yang diyakini sengaja dipicu ini menimbulkan dampak
yang cukup mengerikan. Bangunan di kawasan Tanjung Priok banyak yang dirusak
dan akhirnya terbakar. Mirisnya lagi pada kejadian ini, aparat keamanan justru
banyak melakukan tindakan yang sembrono dengan menembaki para warga. Dalam
kejadian ini setidaknya ada 24 orang warga yang tewas ditembaki lalu 9 lainnya
terbakar oleh api. Dalam kejadian ini, beberapa orang dianggap melakukan
tindakan makar terhadap negara. Mereka ditangkap dan dipenjarakan. Dua puluh
tahun berselang pada tahun 2004 sejumlah eksekutor dalam kerusuhan diadili atas
tuduhan pelanggaran HAM.
Jurnalisme damai pada dasarnya adalah upaya meluruskan
kembali apa yang menyimpang dari jurnalisme dalam praktik. Prinsipnya,
jurnalisme itu tujuannya untuk kepentingan publik, untuk kebaikan masyarakat
luas.Jurnalisme damai sangat diperlukan dalam pemberitaan seperti
kerusuhan-kerusuhan tersebut.Jadi, ketika suatu pemberitaan kemudian tidak
memberi kebaikan untuk masyarakat –misalnya, karena cara pemberitaannya yang
kurang mempertimbangkan bagaimana menyelesaikan konflik, atau malah cara
pemberitaan itu berpotensi menbuat konflik jadi semakin berkepanjangan– maka di
situ muncul jurnalisme damai.Yaitu, upaya mengembalikan jurnalisme ke tujuan
dasarnya, yaitu kepentingan publik. Perdamaian dan berakhirnya konflik adalah
kepentingan publik.Jurnalisme damai tidak memihak pada salah satu pihak yang
bertikai, tetapi lebih menyorot aspek-aspek apa yang mendorong bagi
penyelesaian konflik. Dari tujuan tersebut, maka yang diangkat adalah hal-hal
yang sifatnya mendukung ke arah perdamaian. Dalam suatu konflik, selalu ada
pihak-pihak tertentu yang mengharap ke arah damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar