Sabtu, 21 April 2018

Digital Deception: Why, When and How People Lie Online

Penipuan adalah salah satu fenomena sosial yang signifikan dan meluas di zaman kita ( Miler & Stiff,1993).Beberapa penelitian menyebutkan bahwa,orang menyampaikan satu sampai dua kebohongan setiap hari,dari kebohongan yang ringan sampai kebohan yang serius antara teman,keluarga,ditempat kerja,kekuasaan dan politik.Pada saat yang sama teknologi informasi dan komunikasi dtelah mengaruhi hampir semua aspek komunikasi dan interaksi manusia.Mulai dari teknologi sehari-hari menjadi teknologi yang lebih canggih yang dapat mendukung interaksi organisasi.
Dua bagian utama yang terkait dengan bentuk penipuan berbasis identitas online,dan yang lain berfokus pada kebohongan yang sering menjadi bagian komunikasi sehari-hari 

Defenisi Tipuan Digital

Karakteristik penipuan, Karakteristik pertama adalah bahwa tindakan penipuan harus disengaja atau disengaja. Pesan yang tidak disengaja menyesatkan biasanya tidak dianggap menipu, tapi malah digambarkan sebagai kesalahan.(Buller & Burgoon, 1994).Ciri kedua adalah bahwa penipuan dirancang untuk menyesatkan atau membuat kesalahan,percaya pada beberapa target Artinya, tujuan sang penipu adalah meyakinkan orang lain untuk percaya sesuatu yang penyesatnya dianggap salah.
           
Tipuan digital memeliki tambahan karakteristik, yaitu bahwa kontrol atau manipulasi informasi dalam sebuah penipuan diberlakukan dalam pesan yang dimediasi secara teknologi. Artinya, pesan itu harus disampaikan dalam medium selain basic face-to-face setting. Tipuan digital semacam itu melibatkan segala bentuk tipu daya yang ditransmisikan melalui teknologi komunikasi, seperti telepon, Email, Instant Messaging, chatrooms, newsgroup, weblog,listservs, multiplayer online videogame dll.

 Secara khusus, penipuan digital berbasis identitas mengacu pada tipuan itu mengalir dari manipulasi atau tampilan palsu identitas seseorang atau organisasi. Sebagai contoh:email yang dirancang sebagai seorang penjual agar terlihat seperti orang yang memiliki toko belanja online,lalu mencari target untuk ditipu dan agar mendapatkan uang.Tipuan digital berbasis pesan,mengacu untuk menipu yang terjadi dalam komunikasi antara dua atau lebih lawan bicaranya.Ini mengacu pada tipu daya dimana informasi dalam pesan dipertukarkan lawan bicara dimanipulasi atau dikendalikan untuk menipu.Misalnya, saat salah satu teman menelepon,mengatakan bahwa dia akan terlambat menghadiri pertemuan mereka karena lalu lintasnya buruk,padahal sebenarnya dia terlambat bangun.

Penipuan digital berbasis identitas

Mungkin masalah penipuan yang paling jelas untuk dipertimbangkan adalah kemampuan yang diberikan oleh teknologi informasi dan komunikasi untuk memanipulasi atau mengaburkan identitas kita.Penyediaan komunikasi online di Indonesia juga dapat mengakibatkan penipuan identitas.Penipuan identitas mengacu pada tipu daya yang mamanipulasi presepsi kita mengenai seseorang sebagai anggota kelompok sosial,atau seperti laki-laki,perempuan,pelajar,pekerja,dll.Tipuan gender merupakan jenis penipuan yang paling ssering terjadi.Penipuan identitas berupa penyembunyian identitas asli dengan menggunakan nama samaran saat mengeksposkannya.

Semenjak internet telah berevolusi mejadi tempat yang sudah bisa untuk bertransaksi keuangan dan berbisnis,bentuk penipuan pun menjadi lebih serius dan kriminal terus bertambah.Banyak kasus-kasus penipuan yang terjadi di internet,misalnya,penipuan pelelangan di internet,atau penipuan penjualan.Sementara Internet pasti menawarkan sejumlah keuntungan bagi si penipu yang mungkin tidak bertatap muka dengan sikorban.

Message-Based Digital Deception

Memproduksi tipuan digital. Penelitian menunjukkan bahwa penipuan pada umumnya bersifat fundamental, baik dalam setting interpersonal maupun di dalam pekerjaan dan konteks organisasi.Beberapa telah berpendapat bahwa komunikasi berbasis internet penuh dengan penipuan.
           
Karakteristik penipu dan penerima yang dianggap relevan dengan tingkat keberhasilan Penipuan dideteteksi meliputi motivasi untuk berbohong, masing-masing individu memiliki  kemampuan intrinsik menipu atau mendeteksi tipuan.Pengalaman dan keakraban juga diasumsikan memainkan peran penting dalam hal ini , termasuk pengalaman relasional antara si penipu dan penerima, serta pengalaman kedua individu dengan media komunikasi dan konteksnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar